Panduan Wawancara Beasiswa
Kesiapan di sini tentu saja terkait mental dan kemampuan Anda menjawab secara diplomatis pertanyaan-pertanyaan sang pewawancara. Kadar potensi dan harapan di dalam diri Anda, itulah yang akan difokuskan oleh pewawancara. Karena dari situlah, pemberi beasiswa akan menilai dan menakar perkembangan diri Anda bagi kebutuhan institusi pemberi beasiswa di masa depan.
Namun, diplomatis bukan mengajarkan Anda berbohong, tentu saja, tetapi mencari jawaban tepat, baik itu untuk mengiyakan atau "mengelak". Dan ingat, tidak ada kebohongan yang tidak terlihat dari pandangan mata dan sikap tubuh Anda ketika duduk di hadapan seorang pewawancara.
Simak beberapa pertanyaan sebagai tips di bawah ini. Tetapi, ini hanya semata panduan, bukan untuk membuat Anda menyiapkan sebuah manipulasi jawaban, yang bisa Anda sesuaikan dengan cerminan diri Anda.
Apa alasan Anda memilih perguruan tinggi ini?
Katakan sejujurnya sesuai keinginan dan cita-cita Anda. Pastikan, diri Anda yakin memilih perguruan tinggi ini.
Mengapa Anda memilih jurusan ini?
Ingat, tidak ada pemberi beasiswa yang mau memberikan beasiswa kepada Anda karena merasa salah memilih jurusan, terpaksa, atau tanpa memiliki deskripsi apa pun tentang jurusan pilihan Anda ini.
Ada baiknya, jabarkan kelebihan yang dimiliki oleh jurusan pilihan Anda itu, baik dari segi fasilitas, prestasi akademis dan non-akademis, reputasi kampus, kurikulum dan sebagainya. Ingat, yang Anda tahu saja, lain tidak perlu. Katakan tidak, jika memang Anda tidak tahu.
Apa yang Anda miliki dan bermanfaat bagi kami? Jangan terkecoh, karena kali ini mental Anda-lah yang mulai diuji, bukan teknis. Baik itu kedekatan Anda dan orang tua, ketekunan belajar, ngotot dalam belajar, ingin terus berprestasi atau suka dengan persaingan yang ketat, ceritakan itu semua.
Punya keterampilan atau pengetahuan lain (di luar bidang atau jurusan yang Anda pilih?
Ambil contoh, Anda terkenal kreatif dalam hal desain grafis. Katakan saja dan jelaskan apa yang pernah Anda lakukan dengan keterampilan itu sebagai prestasi, sekecil apa pun.
Ingin seperti apa target karier Anda ke depan?
Ini bisa datang tiba-tiba dan belum tentu sesuai sebagai lanjutan pertanyaan sebelumnya. Bahkan bukan tak, pertanyaan lain akan membuat Anda tak siap karena terkesan melantur jauh ke masa depan. Ya, seperti misalnya, "Kalau boleh berandai-andai, ingin jadi seperti apa Anda sepuluh tahun lagi?"
Anda tidak perlu tergagap dan buntu menjawab. Karena memang, sebagai penerima beasiswa Anda harus selalu punya target, punya perencanaan matang, dan semangat bekerja keras untuk mencapai rencana dan target-target Anda. Sinergi ketiganya itulah yang akan menjadi jawaban Anda.
Pertanyaan bisa meloncat lagi, seperti misalnya, "Prestasi apa yang pernah membuat Anda bangga selama ini?"
Biasanya, Anda akan diarahkan untuk lebih spesifik pada satu bidang, baik itu prestasi akademis maupun non-akademis. Namun, jangan merasa terbeban, apalagi sampai terlalu under pressure lantaran tidak berprestasi secara akademis.
Ya, ceritakan apa saja, selama itu berbau prestasi Anda meski tidak memperoleh penghargaan sekalipun. Camkan bahwa prestasi tidak selalu harus ada piagam dengan tanda hitam di atas putih. Perlihatkan bahwa Anda sangat bangga dengan prestasi itu karena Anda memang menguasainya.
Kalau boleh tahu, apa hobi Anda?
Apapun itu, hobi adalah nilai tambah dalam diri Anda. Anda terbukti punya "sesuatu" meskipun tidak selalu berhubungan dengan kegiatan inti Anda terkait beasiswa ini. Hobi membedakan Anda dengan orang lain. Maka, katakan bahwa Anda begitu besar memberikan perhatian pada hobi Anda di kala waktu senggang.
Bahkan jika Anda masih ingat, ceritakan bahwa Anda pernah terlibat kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Biasanya, jawaban Anda akan dilanjutkan pertanyaan seputar kemungkinan atau ketertarikan Anda untuk melanjutkan hobi ini di perguruan tinggi yang akan Anda masuki.
Apakah menurut Anda, Anda memang pantas menerima beasiswa ini?Dus, hati Anda tentu berdebar-debar mendengar pertanyaan yang satu ini. Pikir Anda, mungkin, "Kalau tidak pantas, kenapa saya dipanggil wawancara sih?"
Memang, tetapi Anda tidak perlu membuang waktu banyak untuk memikirkan hal itu di kepala Anda. Rangkum semua jawaban di atas tadi, baik itu kelebihan-kelebihan Anda, harapan, serta target Anda di masa depan.
Jangan lupa, ada baiknya Anda mengulas berbagai sudut pandang mengenai kriteria program beasiswa yang akan Anda terima ini. Lebih bagus lagi, Anda sudah mengetahui target dan harapan institusi pemberi beasiswa dan mengemukakannya kepada si pewawancara.
Kira-kira, siapakah yang memengaruhi hidup Anda? Alasannya?
Anda tentu punya background perjalanan hidup Anda. Ayah, ibu, paman, atau teman sekalipun yang Anda anggap punya kontribusi dalam cara pandang atau meraih prestasi dalam hidup Anda, kiranya penting untuk dikisahkan.
Seberapa dekat Anda dengannya juga bisa menjadi fokus tambahan cerita Anda kepada si pewawancara sebagai alat yang bisa semakin meyakinkannya.
Anda pasti pernah berbuat kesalahan, bisa tolong ceritakan, bagaimana Anda bisa belajar sesuatu dari kesalahan Anda itu!
Ini bukan pertanyaan menjebak. Buat Anda, justru di sinilah letak si pewawancara ingin mengetahui lebih jauh mental dan sikap Anda dalam menerima sebuah kesalahan, memperbaiki kesalahan itu, dan lebih baik di masa depan. Berikut kiat Anda menuntaskan masalah terkait kesalahan-kesalahan Anda itu.
Bagaimana Anda menghadapi sebuah masalah besar dalam hidup Anda. Silakan Anda ceritakan!
Dari sekian banyak masalah pernah Anda hadapi, tentu ada satu dua yang bisa Anda bilang sebagai masalah besar dalam hidup Anda. Pilah-pilih dulu, tentukan baik buruknya masalah yang akan Anda ceritakan, baru kemudian Anda kisahkan kepada pewawancara. Hal ini tentu terkait dengan kepribadian Anda di mata institusi pemberi beasiswa.
Apa yang Anda harapkan segera setelah lulus nanti?
Upayakan jawaban Anda adalah ingin meneruskan sekolah, mencoba merintis karier atau bekerja, dan bukan ingin menikah, membeli rumah, atau jalan-jalan ke luar negeri, misalnya. Hal ini terkait pengembangan diri Anda dan institusi pemberi beasiswa di masa depan. Mereka tidak ingin mencetak Anda sebagai pribadi yang sia-sia.
Lebih lanjut, Anda tidak akan menemukan pertanyaan lain yang berarti. Tetapi, beberapa hal di bawah ini sangat perlu menjadi perhatian:
- Anda datang tepat waktu.
- Kenakan pakaian yang cocok, dan bukan jenis pakaian nonformal atau tidak resmi.
- Kesan yang baik bukan diciptakan oleh pewawancara, melainkan oleh Anda. Maka, sambut si pewawancara, beri salam, jabat tangannya, dan langsung kenalkan nama Anda.
- Sekali lagi, diplomatis tidak untuk mengajarkan Anda berbohong, melainkan memberi jawaban yang tepat, baik itu untuk mengiyakan atau "mengelak". Hindari jawaban bertele-tele, ngalor-ngidul, dan keluar dari topik utama pertanyaan. Jika itu terjadi, Anda hanya akan membuka peluang bagi si pewawancara untuk terus memberi pertanyaan lanjutan.
- Ingat, tak selamanya pewawancara ingin Anda memberikan jawaban cepat. Kadang, pertanyaan sulit darinya adalah semata untuk melihat reaksi Anda. Untuk itulah, saat bingung mendera karena tidak lantas bisa menjawab, ada baiknya Anda diam sejenak dan berpikir. Ya, Anda tidak perlu gegabah dan sembrono mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya Anda tidak tahu maksud dan tujuannya.
Nah, kini Anda semakin siap dipanggil wawancara, bukan?
sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2009/04/28/16593593/Wawancara.Beasiswa.Ini.Panduannya.Bagian.I.